Manado – Portal24.id – Gerakan separatis Papua Merdeka acapkali merongrong keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Gerakan ini sering digelorakan oleh oknum yang menghendaki Papua berpisah dari Indonesia.
Melihat pergejolakan tersebut, Rumah Nusantara tidak menginginkan gerakan tersebut terus berlangsung.
Karena itu, Rumah Nusantara melaksanakan diskusi bersama.
Kegiatan yang digelar di Selasa (10/11/2020) pagi, sekitar pukul 10.00 Wita, di Hotel Best Western The Lagoon, Manado itu, mengambil tema, “Gerakan Separatis Papua Merdeka yang Merongrong Keutuhan NKRI adalah Musuh Bersama Bangsa Indonesia”.
Koordinator Rumah Nusantara Risat Sanger, mengatakan, kita memperingati hari pahlawan di hari ini terlebih khusus mengangkat tema lebih spesifikasi tentang kejadian di Papua.
“Kalau kita lihat historisnya juga adalah, bahwa Papua kembali ke NKRI itu adalah berkat dari para jasa-jasa pahlawan kita, baik sipil, TNI, Polri merebut Irian Barat, sesuai dengan perintah presiden Bung Karno dari Belanda balik ke NKRI,” jelas Sanger.
Lanjutnya, hal itu yang kita tidak khianati dan dia juga menegaskan dan menggalang komponen mahasiswa masyarakat dan pemerintah daerah terlebih khusus yang berada di ujung tombak yaitu pemerintah kecamatan dan kelurahan yang terutama daerahnya menjadi daerah basis dari gerakan Papua, yang menuntut kemerdekaan.
“Di sini memang tidak ada gerakan separatis, tapi seperti yang dijelaskan oleh narasumber Profesor di kegiatan, bahwa klandestin mereka selalu berpolarisasi dengan gerakan separatis yang terjadi di Papua,” ucapnya.
Dikatakan Sanger, mereka mengingatkan bahwa pada posisi ini negara sedang mengungkap fakta sejujurnya tentang penembakan yang terjadi terhadap Salah satu tokoh drama.
“Tapi kan itu masih ada dua pembuktiannya ada keterlibatan aparat yang diduga,” katanya.
Lanjutnya, nah pertanyaannya Bagaimana dengan kalau ada kelompok KKB dan KSP yang melakukan itu.
“Siapa mereka, jangan kita lindungi dan perlu juga kita jangan kesampingkan para TNI yang gugur,” ujarnya.
Dia juga menegaskan dan mengimbau kepada masyarakat, perlu sikap melindungi juga kepada mahasiswa Papua yang selama ini kita duga diancam oleh mereka untuk ikut-ikutan dengan gerakan aksi unjuk rasa.
“Mereka ini harus kita lindungi termasuk juga kalau dalam proses dimana mereka membutuhkan bantuan, kita harus respon cepat,” harap Sanger.
Dia juga mengatakan, mengenai tujuan kegiatan Rumah Nusantara adalah, Rumah Nusantara adalah lembaga kajian yang akhir-akhir ini mengangkat isu tentang Papua di Indonesia timur.
“Kenapa, karena kita lihat ancamannya ini sudah cukup besar karena di dunia internasional, khususnya di Inggris Papua diisukan selalu menjadi daerah yang akan memerdekakan diri,” katanya.
Lanjutnya, itu yang harus kita kaji dan juga kita memberikan literasi yang penting kepada masyarakat dan komponen mahasiswa agar mereka mendapatkan bahan banding yang benar utuh.
“Karena selama ini yang mereka cerna dan telah mati telan begitu saja adalah banyak informasi yang sifatnya hoax,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Koordinator Rumah Nusantara Arcelinocent Emile Pangemanan SH mengatakan, seperti yang tadi sudah di kemukakan dalam penjelasan tadi, kalau ada resolusi PBB di situ.
“Resolusi PBB yang sebenarnya yang jarang orang tahu yang jarang orang perhatikan, bahkan bahwa PBB sebenarnya menilai bahwa Indonesia sudah melakukan langkah-langkah dalam strategi pembangunan nasional,” katanya.
Lanjutnya, Indonesia sendiri waktu itu dan dengan langkah itu PBB menilai bahwa Indonesia semua itu mampu untuk membangun Papua waktu zaman itu.
“Saat ini dengan munculnya berbagai ancaman-ancaman seperti ancaman kejahatan transnasional, itu berupa terorisme, narkoba bahkan perdagangan manusia, di situ dapat dimanfaatkan oleh kelompok,” katanya.
Lanjutnya, kelompok separatis OPM untuk menyelundupkan senjata buat mereka atau menawan orang-orang menjadi tawanan.
“Nah dengan itu, melalui pidato Presiden Jokowi kita dapat melihat bahwa langkah diplomasi kerjasama dengan negara-negara lain terutama di regional Indonesia saja, di situ ada ASEAN dengan adanya kerjasama yang harus disembelih harus dicapai dan peranan-peranan organisasi-organisasi internasional seharusnya dapat meningkatkan upaya-upaya, agar kelompok-kelompok separatis ini tidak memiliki ruang gerak,” tegasnya.
Diskusi bersama tersebut dihadiri empat narasumber berkompeten.
Adapun keempat narasumber yaitu;
- Kepala Badan Kesbang Pol Sulut Evans Steven Liow Ssos, MM .
- (Guru Besar Ilmu Politik di Sulut) Prof Ishak Pulukadang.
- (Akademisi Unsrat) Dr Jhony Peter Lengkong SIP Msi.
- (Wakil Koordinator Rumah Nusantara) Arcelinocent Emile Pangemanan SH. (*)
Editor: Jufry Mantak
Tinggalkan Balasan